Permasalahan anak berkebutuhankhusus akan terus meningkat seiring meningkatnya tekanan dari lingkungan sosial mereka. Selama ini terciptanya kesenjangan sosial dan pandangan masyarakat yang buruk mengenai anak berkebutuhan khusus makin menunjukan kesenjangan yang nyata, oleh karenanya banyak anak berkebutuhan khusus yang masih belum diterima dilingkungannya dan mengalami tindak kekerasan dan bulliying, serta belum mendapatakan pendidikan sama seprti anak pada usinya. Pasalnya pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi semua anak tnpa terkecuali anak berkebutuhan khusus. Mencermati permasalah yang muncul terhadap anak berkebutuhan khusus diperlukan penanganan atas permasalahan tersebut, agar anak berkebutuhan khusus dapat menjalankan peran dan fungsi sosialnya sesuai dengan derajat dan jenis disabilitas yang dialaminya untuk dapat hidup lebih baik.
Pendidikan inklusif merupakan suatu pendekatan yang inovatis dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi adalah penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya. Menurut Hilden Olsen dan Tarmansyah, pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat, anak anak jalanan dan pekerja, anak dari populasi terpencil atau berpindah-pindah, anak yang berasal dari populasi etnis minoritas, linguistic atau budaya dan anak-anak dari area tau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi (Tarmansyah, 2007). Dalam konteks yang lebih luas pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagai suatu reformasi pendidikan yang menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan akses pendidikan bagi semua, peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis dalam menuuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta upaya mengubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (Takdir, 2013). Konsep inklusi berdasarkan atas gagasan bahwa sekolah regular harus menyediakan lingkungan belajar bagi seluruh peserta didik sesuai dengan kebutuhannya ataupun tingkat kemampuan maupun kelainnannya. Sekolah inklusi juga menyelenggarakan berbagai keterampilan berkaitan dengan budaya, sosial, kelompok etnik dan latar belakang sosial.
Adapun tujuan pendidikan inklusi adalah untuk emmeberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisisk, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat isyimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dan juga mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tindak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Pendidikan inklusi di Indonesia sampai saat ini memang masinh mengundang kontoversi, dimana kurangnya pemahaman guru dan fasilitas yang belum memadai di sekolah-sekolah dan kurangnya edukasi dari pemerintah mengenai penyelenggaraan pendidikan inklusi ini, dan juga kurangnya kesiapan pada pendidik yang dituntut untuk melaksanakan pendidikan inklusi ini. Namun praktek sekolah inklusi ini nyattanya memiliki manfaat, dalam pendidikan inklusi, layanan pendidikan disesuaikan dnegan kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individual dan dalam konteks pembersamaan secara klasikal. Dalam pendidikan ini tidak dilihat dari sudut ketidakmampuannya, kecacatannya, tetapi lebih kepada kebutuhan-kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan mereka jelas berbeda satu dengan yang lainnya. Seorang anak berkebutuhan khusus mengalami banyak hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal ini disebabkan keberadaan dirinya yang mempunyai keterbatasan beradaptasi dengan anggota-anggota di lingkungannya. Disamping itu masyarakat pun belum sepenuhnya memahami anak berekbutuhan khusus, sehingga mereka kadang-kadang bersikap kurang menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu didalam pendidikan inklusi pemenuhan kebutuhan anak berkebutuhan khusus bukan dimulai dari penyesuaian-penyesuaian anak terhadap sistem pendidikan, metode, amupun lingkungnnya melainkan sebaliknya. Dalam suasana kelas, bukan anak yang menyesuaikan kurikulum tetapi kurikulum lah yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Didalam proses pendidikan inklusi dimana anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan dukungan dan motivasi yang mmapu mendorong mereka untuk berinteraksi dengan lingkungnnya, maka komponen utama yang mereka butuhkan disekolah adalah sebuah keramahan, yang menerjemahkan pada mereka suatu penunjukkan kondisi penerimaan terhadap mereka.
Judul: Sekolah Inklusi Sebagai Alternatif Sosial Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Asal: Universitas Djuanda
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks! https://accounts.binance.com/ar-BH/register?ref=V2H9AFPY
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks! https://www.binance.com/es/register?ref=T7KCZASX